Upaya peningkatan kualitas perpustakaan melalui pemeringkatan dan akreditasi

Ibarat persaingan dalam dunia bisnis, perpustakaan pada saat ini dituntut untuk bersaing meningkatkan kualitas supaya tidak ditinggalkan oleh pembacanya. Hal ini dikarenakan perpustakaan sebagai lembaga preservasi sekaligus penyampai informasi kepada masyarakat harus survive sehingga koleksi-koleksinya tidak hilang ditelan zaman. Model peningkatan kualitas ini bisa melalui pemeringkatan maupun dalam konteks perpustakaan di Indonesia, melalui proses akreditasi. Upaya-upaya ini seringkali diiringi dengan pemeringkatan sehingga antar perpustakaan bisa melakukan benchmarking dengan perpustakaan yang sejenis dengannya serta memperbaiki pada bagian apa perpustakaan tersebut harus meningkatkan layanannya.

Pemeringkatan perpustakaan di luar negeri

Di luar negeri, ada beberapa negara yang memiliki metode dalam memberikan peringkat bagi perpustakaannya. Di sini akan kita singgung sedikit diantaranya yang terutama akan kita lihat dari sisi metodologi yang digunakan. Metode-metode yang disajikan disini belum tentu merupakan yang terbaik, namun paling tidak bisa memberikan gambaran apa saja penilaian perpustakaan pada negara-negara yang sudah selangkah lebih baik dalam pengelolaan perpustakaannya.

  1. BIX (bibliotheksindex)

BIX merupakan sebuah usaha benchmarking perpustakaan di Jerman yang meliputi perpustakaan umum dan perpustakaan akademik yang diinisiasi sejak tahun 1999 oleh Asosiasi Perpustakaan Jerman dan Yayasan Bertelsmann. Tujuan dari BIX adalah untuk secara efektif menggambarkan kinerja perpustakaan dengan data statistik, yang dengan demikian membantu komunikasi antara perpustakaan, penyandang dana dan pembuat kebijakan melalui transparansi pelayanan dan memungkinkan perpustakaan untuk menilai kekuatan dan kelemahan mereka dan menunjukkan peluang untuk perbaikan kualitas.

Untuk menilai perpustakaan umum dan perpustakaan akademik. BIX menekankan pada 4 dimensi target, yaitu pada pelayanan, penggunaan, efisiensi dan pengembangan. Detail masing-masing dimensi target pada perpustakaan akademik dan perpustakaan publik adalah sebagai berikut:

Perpustakaan akademik:

  • Pelayanan: tempat duduk, staf, pengeluaran (expenditure) perkapita pemustaka, pengeluaran untuk koleksi elektronik, jam buka per minggu
  • Penggunaan: jumlah kunjungan riil, jumlah kunjungan maya (virtual), pelatihan pemustaka, ketersediaan media
  • Efisiensi: pengeluaran perpustakaan per peminjam, rasio pengeluaran untuk pembelian koleksi dibandingkan honor staf, produktifitas alur kerja (pemrosesan media, peminjaman dan interlibrary loan)
  • Pengembangan: pelatihan untuk staf, prosentasi peralatan yang diperoleh dari hibah.

Perpustakaan publik:

  • Pelayanan: koleksi per kapita, space untuk pengunjung, jumlah staf, jumlah komputer, layanan internet, acara-acara pendukung
  • Penggunaan: kunjungan perpustakaan per kapita, kunjungan maya perpustakaan, peminjaman per kapita, pergantian koleksi, total jam buka, jumlah titik layanan
  • Efisiensi: anggaran untuk pembelian, jam kerja staf per jam buka layanan, jumlah kunjungan per jam buka, pengeluaran per kunjungan pemustaka
  • Pengembangan: rasio pembaruan koleksi, jumlah pelatihan lanjutan untuk staf, investasi modal per kapita
  1. LJ Index

The LJ Index adalah sistem pemeringkatan di Amerika Serikat yang dirancang untuk mengenali dan mempromosikan perpustakaan umum Amerika, untuk membantu mengumpulkan data statistik perpustakaan nasional, dan untuk mendorong perpustakaan melakukan evaluasi diri. LJ Index ini didasarkan pada data laporan yang dikumpulkan oleh perpustakaan publik di Amerika yang dikumpulkan oleh Institute of Museum and Library Services (IMLS). LJ Index dihitung dari luaran statistik per kapita dari layanan perpustakaan sebagai berikut:

  1. Kunjungan ke perpustakaan
  2. Sirkulasi
  3. Program perpustakaan
  4. Penggunaan layanan internet,

dan sejak tahun 2016, parameter penghitungan ini ditambahkan dengan sirkulasi pada koleksi elektronik.

Indeks ini mengukur bagaimana kuantitas layanan yang dipilih yang disediakan oleh perpustakaan dibandingkan dengan perpustakaan dalam kelompok sejenis (peer group). Untuk masing-masing perpustakaan, masing-masing empat statistik keluaran diukur terhadap rata-rata untuk kelompok perpustakaan yang sejenis. Karena hanya mengukur kuantitas, index ini tidak sampai menghitung perpustakaan dalam konteks kualitas, keunggulan, efektivitas, nilai dan kesesuaian layanan perpustakaan. Demikian pula, indeks tidak menunjukkan apakah tingkat output layanan perpustakaan sesuai untuk masyarakat perpustakaan, atau sejauh mana layanan cukup memenuhi kebutuhan masyarakat. LJ Index mendorong perpustakaan untuk menganalisis data operasional dan komunitas demografi mereka sendiri secara lokal.

  1. Hennen’s American Public Library Ratings (HAPLR)

HAPLR index memiliki 15 faktor dalam memberikan rating bagi perpustakaan di Amerika Serikat. Index tersebut memiliki fokus pada sirkulasi, staf perpustakaan, koleksi, pelayanan referensi dan sumber pendanaan (funding). Pada tiap-tiap faktor memiliki bobot yang berbeda, yaitu;

  1. Berbobot 3, pada: pengeluaran (expenditure) per kapita, harga per sirkulasi, kunjungan per kapita.
  2. Berbobot 2, pada: prosentase anggaran koleksi, pengeluaran untuk koleksi per kapita, jumlah staf tetap per 1000 pemustaka, pergantian koleksi, sirkulasi per jam kerja staf tetap, sirkulasi per kapita, referensi per kapita, sirkulasi per jam.
  3. Berbobot 1, pada: jumlah koleksi periodikal per 1000 penduduk, volume per kapita, jumlah kunjungan per jam, jumlah sirkulasi sekali kunjungan.

Namun, amat disayangkan, index HAPLR ini terakhir kali mengeluarkan rating adalah pada tahun 2010 seperti tertera dalam laman webnya.

Selain berbagai metode di atas, masih ada satu lagi yang cukup menarik adalah penerapan ISO 11620:2014 mengenai Information and documentation — Library performance indicators. Namun kami tidak bisa mendapatkan referensi untuk standar ISO ini sehingga tidak dibahas disini.

Akreditasi perpustakaan di Indonesia

Bagaimana dengan Indonesia? Di Indonesia, upaya peningkatan kualitas perpustakaan dilakukan dengan usaha akreditasi. Akreditasi menurut O’Brien (2010) dalam Sulistyo Basuki (2013) adalah proses jaminan mutu (yang) dikendalikan oleh standar, kebijakan dan prosedur. Untuk akreditasi perpustakaan perguruan tinggi, Sulistyo Basuki (2013) menyebutkan bahwa yang berwenang melakukan akreditasi berdasarkan Undang-Undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan adalah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Dalam akreditasi perguruan tinggi ini, komponen yang diakreditasi beserta bobot masing-masing adalah sebagai berikut:

No. Urutan komponen Jumlah indikator kunci Bobot tiap indikator kunci Skor minimal Skor maksimal
1 Layanan dan kerjasama 10 3 30 150
2 Sumber Daya Manusia 13 2 26 130
3 Koleksi 12 2 24 120
4 Sarana & Prasarana 19 1 19 95
5 Sumber Saya Elektronik 10 1.5 15 75
6 Gedung dan Ruang Perpustakaan 12 1 12 60
7 Anggaran 5 2 10 50
8 Pengolahan bahan 5 2 10 50
9 Organisasi Perpustakaan 4 1.5 6 30
90 150 750

Tabel komponen penilaian akreditasi perpustakaan (Sulistyo Basuki, 2013)

Akreditasi merupakan upaya yang sangat baik dari dunia kepustakawanan di Indonesia untuk meningkatkan kualitas layanan. Namun demikian, menurut Sulistyo Basuki, masih ada sedikit catatan tentang akreditasi ini yaitu bahwa akreditasi di Indonesia masih dilakukan oleh Perpusnas dan BAN-PT (dalam konteks akreditasi program studi dan institusi), sementara menurutnya yang lebih tepat melakukan akreditasi adalah asosiasi profesi sebagaimana sudah dilakukan di negara lain.

 

Daftar Pustaka

BIX-Bibliothekindex: Academic Libraries. (n.d.). Retrieved March 18, 2017 from http://www.bix-bibliotheksindex.de/en/project-info/indikatoren/wissenschaftlichebibliotheken.html

BIX-Bibliothekindex: BIX Indicators for Public Libraries. (n.d.). Retrieved March 18, 2017 from http://www.bix-bibliotheksindex.de/en/project-info/indikatoren/oeffentlichebibliotheken.html

BIX-Bibliothekindex: General Information. (n.d.). Retrieved March 18, 2017 from http://www.bix-bibliotheksindex.de/en/project-info/general-information.html

Ida Fajar Priyanto. (2017). Materi Kuliah Manajemen dan Desain Perpustakaan, minggu ke-4. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta

ISO 11620:2014 – Information and documentation — Library performance indicators. (n.d.). Retrieved March 17, 2017 from https://www.iso.org/standard/56755.html

Rating Methods. (2010). Retrieved March 18, 2017 from http://www.haplr-index.com/rating_methods.htm

Sulistyo Basuki. (2013, October 27). Akreditasi Perpustakaan Perguruan Tinggi. Retrieved March 18, 2017 from https://sulistyobasuki.wordpress.com/2013/10/27/akreditasi-perpustakaan-perguruan-tinggi

The LJ Index: Frequently Asked Questions (FAQ). (n.d.). Retrieved March 17, 2017 from http://lj.libraryjournal.com/stars-faq

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.