Perpustakaan digital: sebuah sejarah singkat

Perpustakaan digital yang kita kenal saat ini diinspirasi oleh beberapa ilmuwan mulai pada awal abad ke-20. Artikel ini akan mengungkap beberapa milestone dalam proses penemuan konsep Perpustakaan Digital.

Bagaimana para ilmuwan dahulu membayangkan “perpustakaan digital”

Paul Otlet dalam bukunya Trait de Documentation (1934) mengemukakan “..buku-buku dan informasi terletak di sebuah gedung yang besar, dengan jaringan telepon atau jaringan tanpa kabel sebagai bagian dari sarana untuk memasukkan pertanyaan dari pembaca, serta ada layar untuk menampilkan buku-buku dan informasi dari gedung lain..” Konsep dari Otlet adalah sebuah versi microphotographic dari sebuah buku yang mana foto tersebut dapat diperbesar. Hal ini mirip dengan konsep e-book yang kita kenal kemudian, dimana sebuah karya tulis bisa dibuat dalam 2 versi, yakni buku tercetak dan versi electronik book (e-book).

Vannevar Bush dalam As We May Think (1945) mengungkapkan keprihatinannya atas suatu kejadian dimana konsep Mendel mengenai genetika “hilang” selama satu generasi karena publikasi ilmiahnya tidak sampai kepada kalangan yang mampu mengembangkan penemuan tersebut secara lebih lanjut. Bush menyebut bahwa itu bukan karena publikasi yang melampaui minat orang-orang pada masa itu terhadap pengetahuan, namun lebih kepada ketidakmampuan generasi saat itu untuk mengelola dan mengambil manfaat dari publikasi-publikasi ilmiah tersebut. Menurutnya, supaya publikasi tersebut bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, ia harus dikembangkan terus menerus, disimpan dan yang paling utama haruslah didiskusikan lebih lanjut (consulted).

Karena pada saat itu belum ada perangkat komputer, maka dalam tulisan tersebut Bush mengusulkan sebuah konsep yang berupa sebuah alat yang ia sebut sebagai Memex. Memex sebagai prototipe alat yang merupakan ide awal perpustakaan elektronik. Memex inilah yang disebutkan oleh Colin Steele (2005) sebagai cikal bakal web yang kita kenal saat ini.

Pada tahun yang hampir bersamaan dengan munculnya konsep Memex oleh Bush, muncul juga ide mengenai microform (bentuk-bentuk mikro) yang dicetuskan oleh Fremont Rider (1944). Bentuk mikro ini diantaranya adalah microcard (kartu mikro). Dikatakannya, bentuk-bentuk mikro ini akan sama revolusionernya dengan perubahan bentuk gulungan manuskrip menjadi buku.

“Perpustakaan digital” mulai diwujudkan

Pada sekitar 2 dekade setelah munculnya imaginary machine seperti Memex, beberapa peneliti mulai merealisasikan gagasan-gagasan tersebut.

Marill (1963) seperti disebutkan oleh Licklider dalam Libraries of the Future (1965) mengemukakan bahwa terdapat 2 konsep perpustakaan yakni yang pertama, adalah konsep perpustakaan yang kita kenal saat ini yang terdiri atas koleksi dokumen dan menggunakan katalog untuk memudahkan temu kembali. Konsep kedua yaitu perpustakaan yang fungsi utamanya bukan menyediakan dokumen namun menyediakan informasi. Dalam konsep kedua ini, perpustakaan memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengelola informasi. Konsep perpustakaan untuk mengelola informasi inilah yang paling mendekati gambaran kita saat ini mengenai “perpustakaan digital”. Licklider sendiri menggagas konsep “meja aktif” dimana fungsi meja berubah dari semula yang pasif menuju saling terhubung satu sama lain menggunakan kabel menjadi sebuah jaringan (procognitive utilty net).

Gagasan berikutnya datang dari Ted Nelson yang merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan istilah “hypertext” dan “hypermedia”. Nelson menginisiasi Project Xanadu (1960) yang merupakan proyek hypertext-system yang pertama kali namun hingga saat ini tidak dapat direalisasikan karena berbagai hambatan hingga akhirnya kalah populer dengan konsep World Wide Web dari Tim Berners-Lee.

Konsep dari Xanadu sendiri sangat berbeda dengan yang kita kenal saat ini sebagai Microsoft Word, PDF bahkan Web Browser. Xanadu membayangkan sebuah interkoneksi antar dokumen yang secara visual terlihat dengan jelas. Dengan Xanadu, identitas sebuah objek menjadi terjamin karena dalam sebuah objek, data dimasukkan sekali dan tidak terhapus yang dengan demikian menjamin hak cipta dari sebuah karya.

Gambar 1. Mockup dari Xanadu

Perbedaan ini terlihat dari kritik Nelson atas ide Tim Berners-Lee dengan mengatakan:

The World Wide Web took part of our concept, the “hyperlink” (we called it the jump-link, since you can’t see where you’re going), and left out the visible interconnections (which would allow you to see where you’e going). In his 1989 proposal for the World Wide Web, Tim Berners-Lee said:

There are few products which take Ted Nelson’s idea of a wide “docuverse” literally by allowing links between nodes in different databases. In order to do this, some standardisation would be necessary.*

* http://www.w3.org/History/1989/proposal.html

The standardization he allowed in his document format only allowed jump-links, with no visible bridges between them.

Nelson dalam halaman webnya mengatakan “.. banyak yang menyangka bahwa World Wide Web didasarkan pada ide saya. Ide saya sangatlah berbeda.”

Namun demikian ada hal menarik yang diungkapkan oleh Noah Wardrip-Fruin dalam makalahnya berjudul Ted Nelson, Copyright and Literary Machines (ca. 1990). Dalam makalah tersebut, ia membandingkan konsep Xanadu dengan konsep Web seperti yang kita kenal saat ini. Menurutnya konsep Xanadu dianalogikan sebagai sebuah toko buku dimana untuk mengakses informasi diperlukan micropayment. Sedangkan dengan Web, harapan kita akan sebuah “perpustakaan” menjadi kenyataan. Yang artinya, untuk mengakses informasi, kita hanya perlu meminjam apabila tidak akan membeli informasi tersebut.

Konsep perpustakaan digital saat ini

Tim Berners-Lee dalam Information Management: A Proposal (1989) mengungkapkan kekhawatiran yang mirip dengan yang dikemukakan Vannevar Bush pada tahun 1945, yaitu bahwa dengan banyaknya hasil penelitian di CERN dan karyawan dengan turnover rate yang tinggi, hasil-hasil penelitian disana tidak dapat dengan mudah dilacak keberadaannya. Ia mengusulkan sebuah konsep yang terinspirasi dari hypertext-nya Ted Nelson untuk sebuah imaginary system dimana seluruh hasil penelitian di CERN dikelola dan dapat diakses oleh seluruh karyawannya tanpa sekat-sekat hirarki organisasi.

 

Dalam perkembangannya, interaksi antara World Wide Web (WWW) dengan kebutuhan masyarakat untuk mengakses informasi yang tersedia di dalam WWW menjadikan sebuah Search Engine sebagai bagian tak terpisahkan. Search engine menemukan momentumnya pada era Google yang dikembangkan Sergey Brin dan Larry Page pada akhir 1990an. Dalam konteks perpustakaan, penggabungan antara informasi dengan media pencarian informasi menjadi terminologi seperti yang kita kenal sebagai Perpustakaan Digital.

Ada beragam konsep perpustakaan digital yang dipengaruhi oleh dari siapa konsep tersebut berasal. Namun disini kita hanya ambil dari satu konsep saja yaitu yang berasal dari DELOS manifesto. Candela, et.al. dalam Setting the foundations of Digital Libraries: The DELOS Manifesto (2007) mengatakan bahwa Perpustakaan Digital mewakili titik temu dari berbagai bidang dan disiplin ilmu, termasuk manajemen data, temu kembali informasi, ilmu perpustakaan, manajemen dokumen, sistem informasi, jejaring web, pengolahan citra, kecerdasan buatan, interaksi manusia dan komputer serta kurasi digital.

Dengan perpustakaan digital inilah, keinginan manusia sejak awal abad ke-20 untuk mengelola ledakan informasi dalam sebuah tatanan teknologi mulai menemukan bentuknya. Perpustakaan digital bukan hanya sebuah repositori pasif, namun interaktif yang menyatu dengan pengelolaan referensi, pengelolaan multimedia, pengelolaan sitasi, publikasi, peer reviewing, dan yang tidak kalah pentingnya adalag bagaimana berbagai karya tersebut tetap tersimpan selama beberapa waktu ke depan untuk ditemukan kembali oleh generasi mendatang. Hal ini akan berujung pada pertanyaan sederhana: konsep penyimpanan (storage) macam apakah yang memungkinkan hal ini terjadi?

 

Daftar pustaka:

Bush, Vannevar. (1945). As We May Think. Atlantic Monthly.

Candela, L. et al. (2007). Setting the foundations of digital libraries: The DELOS Manifesto. D-Lib Magazine, 13(3/4). Retrieved from http://www.dlib.org/dlib/march07/castelli/03castelli.html

Curriculum Vitae: Theodor Holm Nelson, Ph.D. (n.d.). Retrieved from http://hyperland.com/TNvita

Hypertext. (n.d.) Retrieved from https://en.wikipedia.org/wiki/Hypertext

Information Management: A Proposal. (1989). Retrieved from https://www.w3.org/History/1989/proposal.html

Licklider, J.C.R. (1965). Libraries of the Future. The MIT Press.

Nelson, Ted. (1987). Literary Machines. Retrieved from http://www.tcnj.edu/~robertso/readings/nelson-literary-machines.pdf

Priyanto, Ida Fajar. (2017). Materi kuliah Perpustakaan Digital. Universitas Gadjah Mada.

Project Xanadu. (n.d.) Retrieved from https://en.wikipedia.org/wiki/Project_Xanadu

Rayward, W. Boyd (ed.). (1990). International Organisation and Dissemination of Knowledge: Selected Essay of Paul Otlet. Elsevier.

Steele, Colin. (2005). No Easy Rider? The Scholar and the Future of the Research Library, by Fremont Rider: A Review Article. The Journal of Librarianship and Information Science, Vol 37(1) 2005

Ted Nelson Discovers Hypertext. (n.d.). Retrieved from http://www.livinginternet.com/w/wi_nelson.htm

The Xanadu Parallel Universe, Visibly Connected Pages and Documents for a new Kind of Writing. (n.d.). Retrieved from http://xanadu.com/xUniverse-D6

Vassar Miscellany News. (February 3, 1965). Retrieved from http://faculty.vassar.edu/mijoyce/MiscNews_Feb65.html

Wardrip-Fruin, Noah. (s.a.). Ted Nelson, Copyright & Literary Machines. Retrieved from http://dc-mrg.english.ucsb.edu/conference/CNCSC/multimedia/documents/wardrip-fruin.pdf